Header Ads

Danny dan Indira Maju Pilkada 2024, Netizen: Mangoa Ambil Semua Mi



MAKASSAR – Majunya suami-isteri Danny Pomanto dan Indira Yusuf Ismail menjadi Calon Gubernur Sulsel dan Calon Wali Kota Makassar menjadi laporan khusus Kompas TV Biro Makassar yang diberi judul: Suami Isteri Maju Pilkada Serentak 2024.

Laporan Kompas TV Makassar itu kemudian diunggah di akun youtube @KompasTVBiroMakassar pada Selasa (3/9/2024). Tayangan itu sudah ditonton 15 ribu kali dan mendapat puluhan komentar dari netizen.

Kompas TV Makassar memberitakan bahwa Danny Pomanto maju menjadi Cagub Sulsel didampingi Azhar Arsyad diusung PDIP, PKB dan PPP, sementara istrinya Indira Yusuf Ismail maju menjadi Calon Wali Kota Makassar didampingi Ilham Fauzi juga diusung PDIP,  PKB dan PPP.

Danny Pomanto yang diwawancarai Kompas TV Makassar membantah bahwa dirinya yang mendorong isterinya untuk maju menjadi Cawali Makassar.

“Kenapa Ibu (Indira) maju? Bukan saya yang majukan, tapi banyak yang dorong Ibu,” kilah Danny.n Danny kemudian memaparkan bahwa majunya Indira merupakan strateginya untuk mengamankan suara pendukungnya di Makassar sebagai modal bertarung di Pilgub Sulsel. 

“Ternyata di Pemilu Serentak, kalau Ibu (Indira) tidak maju, maka saya akan dua kali kerja. Menjaga suara di Makassar tidak terpecah dan merebut suara-suara di luar Makassar. Karena ada Ibu, maka Ibu menjaga itu,” kata Danny.

Danny kemudian menangkius tudingan banyak pihak bahwa majunya bersanma sang isteri sebagai nepotisme.

“Pasti orang bertanya, nepotisme? Nah ini menarik. Boleh dibuktikan. Silahkan buktikan. Kalau ada buktinya (nepotisme), saya kasih mundur ibu. Buktikan anak saya, ipar saya, ibu sendiri, pernah campur proyek di Kota Makassar, pernah campur jabatan di Kota Makassar, pernah cawe-cawe, insyaallah tidak akan anda temukan. Artinya kalau nepotisme terjawab dengan itu,” papar Danny.

Danny tampaknya terlalu sempit mengartikan kata ‘nepotisme’ yang selalu dikaitkan dengan kata korupsi dan kolusi dengan akronim KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme). Cawe-cawe proyek atau cawe-cawe jabatan seperti disebut Danny, justru lebih condong kepada kata ‘kolusi’.

Sementara kata ‘nepotisme’ menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan/pangkat di lingkungan pemerintah, atau tindakan memilih kerabat atau sanak saudara sendiri untuk memegang pemerintahan.

Terlepas apakah suami isteri maju Pilkada Serentak nepotisme atau tidak, menarik komentar netizen di akun @KompasTVBiroMakassar. 

Akun @papahmuda1260 misalnya, menulis: “Mangoa (Rakus)… Ambe semua mi… Selama jadi walkot PSM malah terusir dri kandangnya dan ditampung dirumah lain, meskipun masih tetap wilayah kesatuannya... Tena harapan..” (*)


Tidak ada komentar