Header Ads

5 Hal yang Perlu Diketahui tentang Lailatul Qadar, No 3 Kapan Datangnya?



Lailatul aadar merupakan salah satu hal sangat dinanti umat muslim di bulan Ramadan.

Apakah lailatul qadar?

Berikut penjelasan Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah) tentang lailatul qadar, dilansir dari konsultasisyariah.com:

1. Pengertian

Istilah “lailatul qadar” terdiri dari dua kata: “lailah” (Arab: ليلة) yang artinya ‘malam’; “qadr” (Arab: قدر) yang artinya ‘kemuliaan’. Gabungan dua kata ini berarti “malam kemuliaan”. Karena itu, kita tidak menyebut “malam lailatul qadar” karena berarti ada kata “malam” yang berulang; “malam lailatul qadar” = “malam-malam qadar.” Dengan demikian, istilah yang lebih tepat adalah “lailatul qadar” atau “malam qadar”.

Baca: Menikah dengan Dipo Latief Februari Lalu, Nikita Mirzani Menyesalkan Satu Hal Ini, Nah LohI

2. Keutamaan lailatul qadar

Lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan, yang setara dengan 83 tahun dan 4 bulan.

Allah berfirman,

وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

“Tahukah kamu apa itu lailatul qadar? Lailatul qadar lebih baik daripada seribu bulan.” (Q.s. Al-Qadar:2–3)

Pada malam itu, diputuskan segala perkara yang ditetapkan, dan ditentukan pula takdir rezeki, ajal, dan segala sesuatu yang akan terjadi di tahun tersebut.

Allah berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ. فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ. أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ. رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ


“Sesungguhnya, Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu, diputuskan segala urusan yang telah ditetapkan. Keputusan dari Kami. Sesungguhnya, Kami yang mengutus (para rasul). Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya, Dia adalah Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.s. Ad-Dukhan:3–6)

Menghidupkan lailatul qadar merupakan penyebab diampuninya dosa. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang beribadah pada lailatul qadar karena dasar iman dan mengharap pahala maka diampuni dosanya yang telah berlalu.” (H.r. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Kapan datang?

Tidak ada satu pun yang tahu waktu terjadinya lailatul qadar karena ini adalah rahasia Allah.

Hanya saja, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan saran agar mencari lailatul qadar di malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir bulan Ramadan karena lailatul qadar berpeluang untuk terjadi pada malam-malam tersebut.

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menghidupkan sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.

Beliau bersabda, “Carilah malam qadar di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.” (H.r. Al-Bukhari dan Muslim)

Barang siapa yang tidak mampu beribadah di awal sepuluh malam terakhir, hendaknya tidak ketinggalan untuk beribadah di tujuh malam terakhir.

4. Tanda-tanda

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma; bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang lailatul qadar, “Dia adalah malam yang indah, sejuk, tidak panas, tidak dingin, di pagi harinya matahari terbit dengan cahaya merah yang tidak terang.” (H.r. Ibnu Khuzaimah; dinilai sahih oleh Al-Albani)

5. Apa yang diucapkan ketika menjumpai lailatul qadar?

Ketika kita merasa bahwa di malam tertentu memiliki ciri-ciri seperti yang disebutkan dalam hadis Ibnu Abbas di atas, maka disyariatkan bagi kita agar memperbanyak membaca doa.
Terutama bacaan yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada istri beliau Aisyah radhiallahu ‘anha, sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, “Saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah, jika aku menjumpai satu malam yang itu merupakan lailatul qadar, apa yang aku ucapkan?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ucapkanlah,

اللَّـهُـمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُـحِبُّ العَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

‘Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pemaaf maka maafkanlah diriku.”” (Hadis sahih; diriwayatkan oleh At-Turmudzi dan Ibnu Majah).  (*)

Tidak ada komentar