Header Ads

Kisah Dokter Minum Infus di Tengah Kesulitan Air di Palu

Kisah Dokter Minum Infus di Tengah Kesulitan Air di PaluKorban Gempa Palu mendapatkan perawatan dari petugas kesehatan. Ribuan orang terluka karena gempa berkuatan 7,4 SR yang mengguncang beberapa kota di Sulteng. (REUTERS/Athit Perawongmetha)
Palu, "Kami sampai coba bertahan dengan minum seteguk, dua teguk cairan infus. Kami tidak mungkin minta ke warga yang juga kesusahan"

Demikian sepenggal kisah suka dan duka Riyadh Farid, dokter spesialis anastesi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang tengah menjadi salah satu relawan kesehatan di lokasi bencana gempa dan tsunami Palu di Sulawesi Tengah (Sulteng), saat ditemui di Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Sulteng di Palu, Jumat (5/10).

Riyadh dan rekan-rekannya datang satu hari setelah gempa berkekuatan 7,4 SR meluluhlantakkan Palu dan beberapa kota lainnya di Sulteng, seperti Donggala dan Sigi, Jumat pekan lalu.


Riyadh menceritakan, ia dan rekan-rekan relawan lainnya terpaksa sempat terpaksa minum infus lantaran tidak ingin meminta jatah air minum milik warga yang tengah mengalami kesulitan.


Gempa dan tsunami memang membuat warga serba kesusahan. Bukan hanya air minum dan bahan makanan, selama beberapa hari mereka hidup dalam kegelapan dengan rusaknya lima gardu induk utama. 

Suplai bahan bakar yang menipis pun membuat warga Palu kesulitan untuk berpindah tempat, baik mencari keluarga yang hilang, atau mendapatkan barang-barang untuk bertahan hidup. 

Minim pasokan bahan bakar itu juga sempat dialami Riyadh saat hendak menuju lokasi bencana yang berada di pelosok Sulteng. Menurutnya, hal tersebut membuat mobilisasi relawan kesulitan.

Riyadh pun bercerita soal berbagai kisah suka dan duka yang ia alami lainnya selama bertugas di Sulteng. 

Misalnya saja saat tak bisa menahan rasa haru karena ditawari dan makan bersama dengan warga korban gempa serta tsunami.

"Waktu itu pengungsi masak seadanya. (Terus bilang) pak dokter, ayo makan bareng kita supaya kuat. Itu benar-benar bahagia," ucapnya.


Total 855 Relawan Kesehatan

Terpisah, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan sebanyak 855 relawan kesehatan telah diterjunkan untuk membantu korban gempa dan tsunami di Sulteng. Menurutnya, relawan kesehatan itu antara terdiri dari 81 dokter spesialis, 430 perawat, 102 dokter umum, 242 tenaga medis lainnya.

Menurutnya, jumlah tersebut belum termasuk dengan relawan kesehatan yang berada di Kapal Republik Indonesia (KRI) Soeharso dan Kapal Rumah Sakit Ksatria Airlangga. 

Dia berkata, pengerahan relawan kesehatan ini dilakukan untuk memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat yang di luar jangkauan.

"Ini kekuatan besar kami dalam melakukan (pelayanan kesehatan) outreach," ucap Achmad.

Namun, dia mengakui upaya penjangkauan yang ditempuh pihaknya ini sempat menghadapi sejumlah kendalam terutama ketergantungan pada BBM. Menurutnya, hal tersebut telah ditangani dengan berkoordinasi bersama Pertamina. 

"(Sudah ada) solusi dan komitmen dari Pertamina beri previlage untuk mobil kesehatan bisa masuk. Ini bisa jadi kita satu penyelesaian," tutur Achmad.

Tidak ada komentar