Header Ads

Menguak Silsilah Metromini, Si Raja Jalanan Ibu Kota

Menguak Silsilah Metromini, Si Raja Jalanan Ibu Kota
Buat warga Jakarta nama Metromini mungkin tidak asing lagi di telinga, namun begitu yang disebut Robur bisa jadi cuma segelintir yang tahu. Robur adalah cikal bakal Metromini yang aktif sebagai alat transportasi pada 1962.

Tidak banyak orang kenal kiprahnya saat masih diandalkan masyarakat ibu kota. Robur merupakan produk buatan Volkseigener Betrieb/VEB Robur-Werke Zittau. Produsen ini berasal dari Jerman Timur dan pabriknya berada di Halle.

Mengutip koran Kompas yang terbit 1966, Robur yang pertama kali tiba di Indonesia adalah model LO 2500. Mesin yang dimiliki menghasilkan 70 tenaga kuda dan tampilannya cukup unik lantaran bentuknya menggembung di bagian moncong.

Robur merupakan bagian proyek pengadaan bus untuk keperluan Asian Games 1962 yang dicetuskan Presiden Sukarno. 


Bapak proklamasi itu menginginkan alat transportasi baru buat menggantikan trem serta bus-bus Eropa dan Amerika Serikat yang sudah hadir lebih dulu dan telah dimakan usia.

Usai Asian Games, bus Robur dititipkan ke Gubernur DKI Jakarta saat itu, Henk Ngantung (1964-1965), yang kemudian dikelola sebagai alat transportasi umum dan dicat merah. Bus Robur mengisi kekosongan trem yang disingkirkan Bung Karno karena ketinggalan zaman.

Setelah PT Metromini dan Kopaja diresmikan pada 1978 oleh Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo (1977-1982), bus merah -sebutan Robur- diremajakan. Peluang itu dimanfaatkan bus-bus asal Jepang masuk dan digunakan sebagai Metromini.

Mencari Silsilah Metromini, Si Raja Jalanan Ibu Kota
Metromini dari Jepang

Peremajaan bus membuat banyak produsen kendaraan niaga asal Jepang lebih 'leluasa' bergerak. Produk-produk Jepang laris digunakan operator Metromini.

Produsen Jepang membuat pondasinya, yaitu sasis dan mesin, lantas perusahaan karoseri di dalam negeri yang membentuk bodi menjadi bus.

"Itu dari sasis truk, truk ringan yang kami custom jadi Metromini dan bus. Jadi sasis seperti apapun bisa," kata pejabat divisi pemasaran perusahaan karoseri Delima Jaya Maryanto .

Sudah tidak terhitung berapa banyak jumlah karoseri Metromini yang diproduksi Delima Jaya. Menurut Maryanto, Metromini banyak menggunakan basis dari Isuzu NKR71.

Setelah Isuzu NKR71, Maryanto mengatakan produk lain seperti Mitsubishi FE 83 dan FE 74, Toyota 130 PS Jumbo, serta HINO 130 MDL banyak digunakan. Semuanya menggunakan basis truk ringan.

"Dan baru era 2000-an ke atas mulai ada sasis khusus bus. Setahu saya begitu," kata Maryanto.

Azas Tigor Nainggolan, mantan pengusaha karoseri Metromini mengaku bahwa unit yang dipakai menggunakan basis dari Isuzu. Bahkan, sampai usaha Metromini-nya tutup pada 2015, seluruh unit tetap dari Isuzu.

"Kalau kami gunakan Isuzu. Mungkin operator lain ada yang ganti dengan alasan peremajaan. Tapi sejak orang tua saya dulu 1980-an kalau tidak salah, itu belum ganti merek," ungkap Tigor.

Maryanto menjelaskan mayoritas dari konsumennya membawa sasis sendiri. Setelah sasis sampai, pihaknya tinggal merangkai bodinya. 

Pengerjaan itu biasanya memakan waktu paling lama sekitar 30 hari. Karoseri yang dibuat memiliki kapasitas 30 penumpang.

"Dulu kami itu stok jadi tinggal naikin. Kalau sekarang tidak. Jadi buatnya lebih lama bisa lebih dari dua bulan untuk pengerjaan," kata Maryanto.

Soal harga, Maryanto mengaku tidak ingat berapa pastinya. Tapi yang jelas dulu harga yang ditawarkan pasti lebih murah. Sementara saat ini untuk karoseri Metromini tanpa pendingin ruangan dihargai Rp198 juta.

Tidak ada komentar