Header Ads

Pasar Modal Kian Signifikan untuk Biayai Proyek Infrastruktur


JAKARTA
,  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus mengoptimalkan instrumen pasar modal untuk pembiayaan infrastruktur sekaligus sebagai sarana berinvestasi masyarakat. Peran pasar modal kian dibutuhkan karena pemerintah membutuhkan dana Rp5.519 triliun untuk membangun infrastruktur.

Sementara, kemampuan pendanaan APBN dan APBD hanya sekitar 50% dari kebutuhan tersebut. Di sisi lainnya kemampuan pembiayaan bank terbatas dengan likuditas atau LDR bank yang ketat mencapai 90% di 2017.

Deputi Direktur Perizinan Pengelolaan Investasi OJK I Made Bagus Tirthayatra mengatakan, pihaknya terus mengoptimalkan pemanfaatan pasar modal dalam membangun infrastruktur di Indonesia.

Pembangunan infrastruktur sangat dibutuhkan agar pemerintah mampu memperkuat kestabilan ekonomi nasional. Sejak awal tahun hingga kuartal pertama 2018 tercatat pertumbuhan kapitalisasi pasar modal di Indonesia sudah tumbuh 17%.

"Sedangkan dana kelolaan investasi dana bersama seperti reksa dana, DIRE, EBA, atau ETF, mengalami kenaikan 31% di 2017. Sepanjang kuartal pertama 2018 tercatat ada kenaikan 5,6%. Instrumen pasar modal sangat memainkan peran penting ke depannya," ujar Tirthayatra dalam sambutannya di seminar bertajuk Investment Discussion and Economic Analysis (IDEA) di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Sabtu (7/4/2018).

Produk pengelolaan investasi seperti efek beragun aset atau EBA sudah makin berkembang seperti berbasis tagihan listrik dari Indonesia Power. Selain itu juga ada produk berbasis ruas jalan total. Produk EBA sangat dibutuhkan karena pemerintah tidak lagi mengandalkan APBN.

"Instrumen pasar modal sesuai dengan kebutuhan pembiayaan jangka panjang. Bahkan pembangunan Bandara Kertajati di Majalengka Jawa Barat, juga mengandalkan pembiayaan dari instrumen Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT)," ujarnya.

Tidak ada komentar